Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2021

Dia Ibuku , Dan Aku Anaknya Yang Tak Berguna

Wanita itu terbaring lemah di kamar rumah sakit, selang infus terpasang di pergelangan tangan kirinya , rasa sakit yang tak tertahan terpancar dari garis wajahnya.  Dan aku hanya bisa diam menatap lemah kearah lantai .  Menatap matanya? Tidak sanggup!   Dia ibuku , dan aku anaknya yang tak berdaya.  Hari itu pukul 5 sore, setelah memastikan makanan tersedia untuk adik-adikku, aku bergegas ke stasiun kereta.  Rangkasbitung, stasiun persinggahan sebelum meneruskan berjalan kaki ke Rumah sakit Adjidarmo. Ya, aku tak punya cukup uang untuk menumpang angkutan. Ba'da magrib, tak lama setelah aku sampai di kamar itu , ibuku mengeluhkan pergelangan tangannya yang sakit dan menggelembung.  Allah maha baik, datanglah dua perawat yang membenarkan selang infus ibu.  Rumah sakit adalah tempat yang ku benci, bau obat, amis darah , orang-orang yang berlarian ke ruang gawat darurat, jarum suntik, dan berita duka cita.  Pukul 7 malam , diluar kamar ramai oran...

Dua Pesakitan

Kita sepasang luka yang mencari bahagia. Sebuah kesalahan yang membuat kesalahan baru. Bagaimana bisa pesakitan di pertemukan dengan pesakitan lain yang sama-sama mencari bantuan. Hanya saling mengharapkan.  Sementara tak ada yang bisa di berikan. Lalu kita menyerah, namun takut kehilangan. Tarik ulur mengalir bersama waktu yang terus berjalan .  Sore itu di pondok tua , setelah badai menerpa kau setel lagu Pamit seolah menjabarkan bentuk kita. " Yang tersisa dari kisah ini , hanya kau takut ku hilang" Di pertahankan , terlalu menyakitkan. Di lepaskan, belum siap kehilangan. Lalu hari ini kita terbiasa saling menyakiti, saling maki , dan saling menjauh pergi lalu datang kembali.  Dan pada satu titik, kita sama-sama tersadar bahwa banyak waktu sia-sia berlalu. waras yang belum terlambat menuntut pisah sebagai jalan utama .  "Aku takut tak bahagia" katamu . Bahkan pada akhir cerita , kita masih memikirkan diri sendiri. Hanya mencari tanpa ada yang diberi.