Tangga
Satu hal yang aku sesali dalam hidup adalah kepergian Ibu. Hari demi hari, waktu demi waktu, hanya aku habiskan untuk meratap. Aku kehilangan tangga surga sebelum aku melangkahkan kaki ke anak-anak tangga yang amat singkat tersebut.
Dalam doa, ku pinta pada Tuhan untuk memberikan tangga lain yang serupa walau tak sama.
Hingga untuk yang ke sekian kalinya, Tuhan menjawab doa itu, mengirimku tangga baru yang entah lebih atau sama panjang. Namun dalam surat-surat cintanya, Tuhan berkata, inilah tangga lain yang bisa kuambil.
Setiap langkah, ku pastikan tangganya tak rusak, sesering mungkin ku periksa apakah aku melangkah pada pijakan yang tepat. Hingga hari ini tiba, sedikit lelah, sesuatu naik diatas tubuhku, langkah yang awalnya mudah mulai menampakah medannya. Lalu aku teringat pada tangga yang telah lalu, hanyut pada kenangan betapa jauh lebih mudah dan singkat nya jika saja aku telah melangkah jauh
Namun lagi, Tuhan berbicara melalui hati yang lumuran nodanya masih berkerak. Mengingatkan aku pada surat-surat cinta kesejukan. Tangga baru ku lebih panjang dan berliuk dari sebelumnya, namun ini yang terbaik.
Kerjanya lebih keras, sabarnya lebih kuat, ikhlasnya lebih tinggi, tawakkal nya lebih membumi. Melalui sujud-sujud sepenuh matahari dan bulan, melalui tetes keringat yang kian menyiram, melalui sakit yang sewaktu-waktu dapat menjemputku pulang. Aku tak punya pilihan selain melangkah lalu menunggu sampai pada tujuan. Sambil berharap segera usai.
Melalui tulisan ku ini, semoga bebannya sejenak berkurang, sakitnya sedikit mereda, la hawla wala quwwata illa billah.
Komentar
Posting Komentar
Gimana tanggapan kamu?