Long Distance Relationship

Ku ketuk layar ponsel, ku panggil salah satu kontak WhatsApp disana. Sekali, dua kali, tiga kali hingga empat tak ada jawaban. Kali kelima, suara dari seberang sana terdengar jelas , suara parau yang beberapa waktu ini memecut rindu. Bukan mesra , tapi amarah. 

Ku matikan telepon sebab tak ingin melayani. 5 menit aku terdiam dengan ponsel yang masih membuka aplikasi WhatsApp di tangan kananku. Sebuah pesan masuk

Kamu bisa gak, untuk gak spam Call kaya gitu? Kamu tau kan aku ga suka?

Pesan itu terbaca dari bar notifikasi , sengaja tak ku buka , ku arsipkan pesan tersebut daripada memperlebar luka. 

Danar, kekasihku telah berubah banyak akhir-akhir ini . Sudah lebih dari tiga hari tak ada menghubungi. Sebelumnya dia bilang selalu merindu padaku , namun kini tidak lagi. Sudah tiga hari pula setiap Ku telepon, ia selalu ada dalam panggilan lain , jika ku tanya ia hanya menjawab "Aku sibuk, harus revisi, itu tadi dosen"

Aku sakit!
Tidak ! Bukan hati. 
Tubuhku melemah belakangan ini . Segudang Masalah menimpaku bertubi-tubi, Aku membutuhkannya untuk menopangku. Namun ternyata , untuk sekedar mendengar suaranya , aku harus membuat masalah, agar ia mau meneleponku. 

Berbulan-bulan yang lalu, ia selalu menelponku pagi dan siang , sore juga malam , walau sekedar mendengar ketukan keyboard laptop atau suara gesekan antar kertas pada buku yang ia buka , itu sangat menenangkan. Tak jarang kami tidur bersama, melalui panggilan WhatsApp. Hingga kala pagi menyapa, kan ku dengar Hela nafasnya yang selalu membuatku semakin merindu.

Jakarta-Bandung menjadi sekat pertemuanku dengannya, long distance relationship. Ditengah hubungan kami yang retak karena beberapa duri , Aku harus menahan rindu sejauh Jakarta-Bandung.

"Bandung aktif melahirkan Playboy" tuturku. "Tapi, aku mencintai salah satu penduduknya"

Hingga hari itu tiba, suara parau itu menelpon dengan lemah tak bergairah, tak ada tensi rindu sedikitpun yang kurasa. Datar dan menyeramkan. Seram karena sebuah pertanyaan yang kuanggap pernyataan menyabik organ merah marun,

"Bagaimana cara mengembalikan rasa?"

Tanpa butuh penjelasan, kepekaan hatiku memindai pernyataan "Aku sudah tak punya rasa padamu" 
Hanya butuh beberapa hari sebelum aku bilang "Oke kita cukup" 

Menurutmu bagaimana rasanya bersama dengan orang yang tak lagi mencintaimu? Hambar! Canda yang biasa menyegarkan terasa lebih menyesakkan kala tak direspon dengan hal yang kau inginkan, rindu yang menggebu terasa perih kala yang kau rindu tak lagi ingin menyambutmu.

Lalu pada malam-malam berikutnya aku masih di tahan rindu , ku coba hubungi lelaki bersuara parau itu pada waktu dimana biasa ia terbangun. Namun sayang , aku terlambat. Pada pukul 2 pagi ia dalam percakapan lain , Apakah dosen? Dosen macam apa yang menghubungi mahasiswa nya di sepertiga malam? Dosen kuliah subuh? 

Hatiku hancur sebab ribuan prasangka menusuk-nusuk. Lalu aku kehilangan nikmat dalam tidurku. Kala itu 3 jam menuju fajar, aku terbangun karena Tuhan mengundang , namun aku memilih kamu . Pukul 5 bada subuh ku tenggelamkan diri ditengah lautan udara pagi. Tak lama, pada cakrawala muncul binar , Tuhan memberikan nikmatnya pada jiwa-jiwa yang menyambut fajar, Sunrise , sebuah kenikmatan.
Beberapa jam lalu tuhan membangunkanku namun aku memilih kamu. Pagi ini kamu pergi , namun Tuhan tetap disini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HARGA TEPUNG 12 RIBU PERKILO, TUKANG DONAT CEPAT NAIK HAJI!

Tangga

Resonansi